MyDigital. Kurikulum Berbasis Cinta memerlukan perspektif lain berdasarkan bangunan ilmu yaitu Ontologis, Epistimologis dan Aksiologis.
Panduan Kurikulum Berbasis Cinta berlaku secara nasional setelah keluar SK Direktur Jenderal Pendidikan Islam No. 6077 Tahun 2025.
Kurikulum Cinta Perspektif Ilmu
Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) adalah sebuah bangunan ilmu yang menawarkan perspektif holistik dan transformatif dalam pendidikan. Berlandaskan pada prinsip cinta sebagai kekuatan fundamental yang mengikat seluruh eksistensi.
Landasan filosofis KBC (Kurikulum Berbasis Cinta) terbagi dalam tiga pilar utama, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi (Sebagai bangunan ilmu).
Pandang terhadap realitas dan Kurikulum Cinta (Ontologis)
Tuhan, manusia, dan alam semesta (secara ontologis) merupakan satu kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan. Ketiganya saling mencerminkan dan manunggal (mushmat) dalam esensinya.
Dalam kesatuan ini, beroperasi sebuah mekanisme fundamental yang disebut sympathea—saling cinta (‘isyq/hubb)—sebagai pondasi bagi terciptanya keserasian dan keseimbangan kehidupan.
Setiap elemen kehidupan adalah cerminan dari Allah sebagai Pencipta, yang pada gilirannya, setiap ciptaan saling memantulkan satu sama lain dalam harmoni. Oleh karena itu, tindakan yang mendorong kebencian, pemaksaan, atau konflik merupakan pelanggaran serius terhadap prinsip cinta ini.
Perilaku semacam itu bukan hanya merusak keserasian dan keseimbangan kosmis melainkan juga merugikan eksistensi manusia. Hanya dengan hidup dalam perdamaian yang dilandasi cinta dan persaudaraan, seseorang dapat mencapai kehidupan yang penuh kebahagiaan dan ketenteraman.
Cara mempelajari dan memahami realitas (Epistemologis)
Berdasarkan perspektif epistemologis, seluruh unsur alam semesta (maa siwaa Allah) dan kehidupan adalah wadah bagi tanda-tanda kebesaran Allah (tajalli Al-Haqq).
Setiap elemen, dari yang terkecil hingga yang terbesar, mengandung kebenaran dan kebaikan dalam keselarasan yang sempurna. Kesemuanya terikat dalam kesatuan manunggal oleh ikatan cinta.
Ini berarti setiap unsur kehidupan berfungsi sebagai sumber pengetahuan yang tak terbatas dan saling mengilhami satu sama lain.
Dalam KBC, subjek dan objek pengetahuan tidak pernah terpisah. Mereka berada dalam hubungan kesatuan yang saling melengkapi dan memperkaya.
Belajar tidak hanya tentang akumulasi informasi melainkan juga menyelami dan memahami keterkaitan mendalam di antara semua hal yang diikat oleh prinsip cinta universal. Oleh sebab itu, metode pembelajaran KBC haruslah menghadirkan pengalaman nyata (hudhuri) melalui beragam metode seperti pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning).
Kurikulum Cinta dan Penerapan serta etika (Aksiologis)
Secara aksiologis, manusia harus menjalani hidupnya dengan menjunjung tinggi etika dan akhlak luhur serta mengembangkan apresiasi mendalam terhadap keindahan yang berbasis cinta kepada semua unsur alam semesta.
Meskipun Al-Qur’an menggunakan istilah sakh-khara yang terkait dengan posisi dan fungsi alam terhadap manusia, istilah ini sama sekali tidak boleh diartikan sebagai izin bagi manusia untuk bersikap sewenang-wenang.
Sebaliknya, sakh-khara harus dipahami sebagai pernyataan bahwa alam telah diciptakan untuk melayani kebutuhan manusia dalam konteks penghargaan yang mendalam terhadap alam sebagai bagian integral dari diri manusia.
Ini berarti manusia memiliki amanah besar untuk memelihara keserasian dan keseimbangan alam berdasarkan prinsip tawaazun (keseimbangan) serta memastikan keberlanjutan dan keharmonisan seluruh ciptaan.
SK Direktur Jenderal Pendis Panduan KBC 2025
Daftar Isi
Panduan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) 2025
- Contoh Format Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Cinta
- SK Dirjen Pendidikan Islam Panduan Kurikulum Berbasis Cinta 2025 SK Dirjen Pendis
- Kurikulum Berbasis Cinta: Kenapa Muncul?
- Kurikulum Berbasis Cinta dan Tantangan Global
- Tantangan Dunia Pendidikan Nasional dan KBC
- Peran Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) 2025
Sumber: Panduan Kurikulum Berbasis Cinta 2025
